Tren pelarangan aktivitas ekspor komoditas andalan sejumlah negara kian berlanjut, di saat Indonesia baru saja mencabut larangan ekspor CPO. Rusia tengah melarang ekspor gasnya, demikian juga India yang melarang ekspor gandum, serta Serbia dan Kazakhstan yang menerapkan kuota pada pengiriman biji bijian. "Layaknya masalah keterbatasan pasokan minyak goreng di dalam negeri yang melambungkan harganya, kini hal serupa terjadi pada negara tetangga kita yakni Malaysia terhadap pasokan ayam," ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengutip risetnya, Minggu (29/5/2022).
Dia mengungkapkan, Malaysia berencana menghentikan ekspor 3,6 juta ayam utuh, di mana akan dimulai pada 1 Juni 2022 sampai produksi dan harganya stabil. "Memang masyarakat menjadi garda terdepan sebagai prioritas utama. Masyarakatnya memang sudah mengeluhkan kenaikan harga ayam yang menjulang," kata Nico. Sampai sampai sejumlah penjual ayam melakukan mekanisme penjatahan dalam hal penjualannya, di mana hanya 2 ekor per pelanggan.
Profil ekspor Malaysia dalam aktivitas ekspor yaitu >49 juta ayam hidup pada 2020 berdasarkan data Departemen Layanan Kedokteran Hewan Kementerian Pertanian dan Industri Makanan. Dengan larangan ekspor tersebut, Singapura menjadi negara yang terdampak cukup besar, diikuti oleh Thailand, Brunei, Jepang, dan Hongkong. Nico menjelaskan, kontribusi ekspor ayam Malaysia menyumbang sepertiga dari pasokan Singapura sebesar 73 ribu ton ayam pada 2021, di mana hampir semuanya merupakan ayam hidup yang kemudian dipotong dan didinginkan di Singapura.
"Merespon hal tersebut, Badan Pangan Singapura akan melakukan diversifikasi dan meningkatkan pasokan seperti chicken frozen melalui sumber alternatif lainnya," tutur dia. Selain impor dari Malaysia, Singapura juga mengimpor ayam dari Brazil sebesar 49 persen dan Amerika Serikat 12 persen. "Dengan kondisi tersebut, akankah Malaysia memberikan persetujuan impor ayam? Pada Januari lalu memang kekurangan pasokan ayam juga terjadi, sehingga keran impor ayam beku dibuka di mana negara yang diuntungkan atas kebijakan impor saat itu yakni China, Thailand dan Brazil dengan syarat ayam berstatus halal," ujar Nico.
Sama halnya dengan awal tahun lalu, saat ini Malaysia mencabut Approved Permit (AP) untuk impor ayam utuh maupun ayam potong serta hasil pangan lainnya, seperti kubis dan susu evaporasi untuk mengamankan pasokan makanan. Malaysia mengimpor sekira 60 persen dari kebutuhan pangannya di mana berdampak pada harga impor pangan serta pelemahan ringgit Malaysia. Fenomena keterbatasan pangan yang terjadi di sejumlah negara merupakan sinyal peringatan bagi negara lainnya, terutama yang memiliki profil impor yang tinggi terhadap sejumlah negara.
Sri Lanka misalnya yang menjadi contohnya nyata mengalami kekurangan pasokan bahan bakar dan pangan, yang diiringi dengan tidak memiliki likuiditas untuk melakukan pembayaran. Di mana hal tersebut menyebabkan perlambatan ekonomi, default surat utang negara, hingga menimbulkan kekacauan sosial ekonomi. Dirinya melihat bahwa aktivitas tersebut hanya bersifat sementara saja dan dampaknya tidak begitu terasa secara global, mengingat Malaysia menduduki posisi 49 dunia atas ekspor unggas pada 2020.
"Namun, dampaknya akan lebih banyak terasa pada tingkat inflasi negaranya. Demikian halnya dengan Indonesia juga tidak masuk dalam top 10 produsen unggas dunia, sehingga belum terbuka ruang bagi Indonesia untuk menggantikan posisi Malaysia yang menghentikan sementara aktivitas ekspor unggasnya," pungkas Nico.